Udara Itu, Aku
Udara itu, aku
berhembus di antara
belantara kata
membekas nama-nama
di ingatan para pegembara
menyelesaikan tugas mulia
menuntaskan rasa rumpang di dada
Udara itu, aku jelmaan cinta
seorang pujangga meramu dewasa
dengan sajaknya
Banyumas, 2020
Ambang Karam
; Jasad Terambang
Semesta bungkam
aliran merangkak sunyi
di dalam dadanya
gelembung udara
telah tiada
Angin kabarkan pada mereka
terambang di antara tiang titian
ia menunggu
Tidak ada yang tau
bulir-bulir tangis tubuh kesepian
berenang mencari tepian doa
Banyumas, 2020
Miyangga
Miyangga, masihkah kau terjaga?
di malam dan pagi buta
Aku mendengar doamu
di sepanjang gemercik
aliran sungai Jawa
Miyangga, masihkah kau terjaga
berdoa diiringi lolongan serigala
di alas sampai tepi segara?
Semoga kau tenang
bersemayam dalam diam
di kedung yang kini dangkal
Banyumas, 2020
Tubuh Puisi
Tidak ada tubuh
paling pasrah selain puisi
perlahan waktu menelanjangi
pakaiannya yang masih rapi
melayani cinta sampai malam pergi
menyuarakan kisah kasih sunyi
mari sama-sama,
kita mulai membuka kata
siapa yang paling tak dimengerti
aku atau kau, puisi?
Banyumas, 2020
Jeda
Mari sama-sama
menanam semoga
di ladang doa
mengaharokati raga
dengan rasa
membaca cita
dari cinta
mari sama-sama
memaknai jeda
dengan suka cita
berbahagia
menunaikan tirakat
; jeda
Banyumas, 2020
Rumah Puisi: Metamorfosa.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar