Welcome!

I am John Doe Web Designer Photography

View Work Hire Me!

About Me

Web Design
Branding
Development
Who am i

John Doe.

Professional Web Designer

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat condimentum velit class aptent taciti sociosqu ad litora.

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat condimentum velit class aptent taciti sociosqu ad litora torquent metus metus ullamcorper vel tincidunt sed class aptent taciti sociosqu ad litora .

Services

Web Design

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Development

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Branding

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Marketing

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Our Blog

Selasa, 15 September 2020

Sajak Seorang Perempuan Koran BMR FOK; Intan Hafidah NH

 

ilustrasi: intanhafidahnh



Intan Hafidah NH

Jikalau Aku

; Abdul Aziz


Jikalau aku patahan tulang

Terpisah,  lepas, dan mati

Aku ikhlas remuk dalam tubuhmu


Jikalau aku tercipta dari rusukmu

izinkan aku melengkapi kerumpangan

di setiap  langkah pastimu


Jikalau aku hidup seribu tahun lagi

mungkin akan kubangun 

museum paling purba

isinya buku-buku sejarah

kisah kita menjambah

dunia antah berantah

dalam alam puisikah itu?


Jikalau aku mencintai sajak dan buku

kaulah: kata yang mengisi mereka

nyawa dari semua cerita

bagian dari aliran tinta

pena seorang pengkhayal

yang sering kau sebut:

Penyair gila karena cinta


Banyumas, 2020




Intan Hafidah NH

Seorang Perempuan


aku dan malam

bertarung mencari kemenangan

kebungkaman mana paling antik

selain tangis seorang perempuan


aku dan sungai Serayu

berlomba-lomba mencari muara

paling dalam di palung hati

seorang perempuan


aku dengan segalanya di bumi

mempermainkan kata di dalam puisi

namun sajak mana yang paling ampuh

selain doa seorang perempuan


bukan aku sedang menantang

seisi semesta namun aku hanya

membandingkan dunia mana

paling nyaman selain 

peluk hangat seorang perempuan


Banyumas,  2020

Sabtu, 05 September 2020

Sajak Sorot Mata Jurnalistiwa.com; Intan Hafidah NH

 

ilustrasi: intanhafidahnh

Intan Hafidah NH

Sorot Mata

 

Tuhan,  kau ciptakan

cermin paling bening

di antara dua lingkar mata

seorang pujangga

 

di sana tempat kuberjaga

dari manisnya kata dan bahasa

terkadang menipu semesta

seperti puisi berhias diksi

bahkan permainan ironi

jangan terus percaya

saat kita di antara kata

 

tapi kini hanya ada

bulatan hitam menenangkan

mengungkapkan segala kebungkaman

tanpa dusta yang berlebihan

di antara kedalaman dua sorot mata

saling mencipta kebenaran

menjawab doa-doa purba

 

Banyumas,  2020

 

 


Intan Hafidah NH

Sebuah Catatan

 

kucoba merawat kenangan

hasilnya luka dirasa semakin perih

jiwa terkoyak kemalangan

tak berkesudahan

 

aku ingin meninggalkan kenangan

kusimpan di setiap sarang tidurku

dibungkus rapat mimpi dalam mimpi

kelak, kuambil simpanan memori itu

dan kutertawakan bersamamu

 

aku tak akan memintamu

menyebut tulisan ini puisi

ini hanya catatan

ingin kudongengkan

untukku sendiri

semoga dapat menidurkan

jika kamu masih menjadi hantu

masa laluku

 

Banyumas,  2020

 

 

Intan Hafidah NH

Konsonan yang Hilang

 

Malam ini, setumpuk sajak

menemani tidurku yang runyam

merindukan segala ketenangan

puisi yang tak karuan

adalah wajahmu

raib dari mata dan lekat

dalam ingatan

 

Kau dengan segala kata

terbaca tanpa konsonan

"A" berkepanjangan mewakili jerit parauku

"I" tak berkesudahan adalah tangisku

"U" keluhan rasa sakit masih di ulu hati

"E" adalah kejutan fakta tentang kau

"O" hanya o yang bisa kukatakan

kesedihan berputar-putar tanpa ujung

saat kutau kau hanya datang

menanam puisi begitu subur

setelah hampir berbuah matang

kau babat habis pohon puisiku

kemudian layu, gugur, membusuk,

mati...

 

kau dengan segala lakumu

kegilaanku mengartikan

tanda baca dalam tuturmu

sebenarnya tidak ada tanda hubung

hanya tanda elipsis  yang begitu panjang

tanpa titik dan ditutup tanya

 

Sadarlah...

kau siapa?

 

Banyumas, 2020

 

 

Sajak Gorden Nusantaranews.co.id: Intan Hafidah NH

 

ilustrasi- intanhafidahnh

Gorden

Garis gorden masih lurus terurai
Angin sinergi menyapanya melambai
Apalah daya yang tak kuasa
Dirayu hanya merana
Sekali lagi, tak punya kuasa

Kaki-kaki kuat dipasung
Masih tergantung
Menanti simpul-simpul mati melepaskan diri
Pergi!
Sekali lagi, tak punya energi

Malam berganti pagi
Kesetiaan bayu tak dapat diragukan lagi
Ia tetap menemani
Meski ia mengerti tak berarti
Yang ia pahami,
Bagaimana caranya berlaku lagi
Ia yang dapat pergi tak tentu bisa kembali

Sokaraja, 8 Oktober 2019

 

 

 

 

Arti

#1

Diam
Aku memang benci kebungkaman
Tentang arti diam itu emas
Aku semakin cemas
Udara yang kuhirup memanas
Aku sadar logika emas
Dimasak matang-matang
Dikemas hingga merias paras

Aku kalah
Kamu selalu mengalah
Mengakui menang pun tak pernah
Kamu wajar untuk marah
Untuk kataku yang serapah

Kumohon maaf
Untuk janji yang diingkari
Dan kepercayaan yang dikhianati
Selebihnya jangan sampai kau tersakiti
Kau sungguh berarti
Aku yang tak pernah mengerti

Beri aku kesempatan memperbaiki
Sekali lagi
Takku ulangi yang membuatmu pergi
Aku ingin menjaga silahturahmi
Aku akan lebih memahami
Belajar atas makna dan arti

Sokaraja, 9 Oktober 2019

 


Arti

#2

Aku berkaca di depan cermin matamu
Sukmaku kehilangan raga
Kasap mata
Itulah aku
Dalam cermin matamu

Aku lari kesana-kemari
Melewatimu yang sedang berdiri
Sangat tinggi
Terus kukelilingi
Tapi kau tetap tak mengerti
Ada aku di sini
Di samping kakimu yang berdiri

Mataku bersaksi
Sungguh bodoh cobalah sadar diri
Kamu tak memiliki
Arti

Banyumas, 10 Oktober 2019

 

 

 

 

Arti

#3

Tutuplah matamu
Buka telingamu
Apa bisikan ini terlalu lirih
Seperti celoteh angin yang berlalu

Tetap saja kau tak mengerti
Sekarang tutup matamu
Tutup telingamu
Dengarkan suara hatimu

Kosong
Diam
Tak peduli
Tak berarti

Baiklah sekarang aku mengerti
Aku tak memiliki arti.
Aku sudah sadar diri

Banyumas, 10 Oktober 2019

 

 

 

 

Lalu dan Babibu

Arti #4

Beberapa detik lalu
Melintas sekejab membawa pilu
Hatiku lara menggerutu
Terima kasih untuk ratusan hari yang telah berlalu
Dan bonusnya ratusan detik lalu
Kamu sungguh terlalu
Sekejab menyiram warnaku dengan kelabu

Kini hanya hitam yang kunikmati
Dan sari pati pahit yang kau beri
Sungguh kuterima atas kasih yang kumiliki
Selama aku tak memiliki arti
Segalanya yang telah dirancang dan dinanti
Ternyata hanya babibu hahihu tanpa arti

Banyumas, 10 Oktober 2019

 

 

 

 

 

 

Lumrah

Arti #5

Mungkin ini yang Tuhan kehendaki
Aku harus tau soal ini
Tentang inti yang kucari
Rotasi yang telah kulalui
Revolusi menumbuhkan mimpi
Sirna seperti angin pergi
Tak berbekas; mengusik kembali

Semoga dapat mengikhlaskan diri
Yang pergi itu tak memiliki arti
Sepertimu yang tak pernah diberi arti
Semoga akan terganti
Dan dapat mengidupimu lagi
Tetaplah bermimpi payah jangan berhenti berlari
Kamu mandiri
Kamu bisa meraih mimpi
Bukan hanya sekedar imajinasi
Meski berjuang seorang diri

Buktikanlah
Tak akan menyerah
Meski segalanya telah berubah
Ini siklus yang lumprah
Tetaplah melangkah
Meski sayap sudah patah
Tangan harus dipapah
Kau harus berkiprah
Mencipta sejarah

Banyumas, 10 Oktober 2019

 

 

 


Wujud Emosi

Arti #6

ini adalah wujud emosi
Dalam bentuk puisi
Apabila ilusi memainkan diksi
Naluri hati lebih menginfeksi
Darah-darah naik teraliri
Kesaktiannya menuntun jemari
Mengetikan sebuah arti
Maknai yang abadi
Penghargaan pada diri
yang tak berarti

 

Banyumas, 10 Oktober 2019

Sajak Nasehat Lebah Pinus Simalaba.net; Intan Hafidah NH

 

ilustrasi: intanhafidahnh

NASEHAT LEBAH PINUS

 

/1/

tetesan air dari jemari pinus satu persatu bergulir

menyatukan wujud air

sang pati mengering siap menikmati daur

menyusul kawanannya di stasiun pemberhentian terakhir

 

segerombolan lebah masih sibuk membangun sarangnya

sepasang prajurit pekerjanya mengikuti langkahku

mereka seolah-olah bertanya:

kau dari mana, mau kemana gadis bingung

aku hanya diam, tak perduli

 

angin yang hilir mudik datang lama kelamaan menyiarkan

berbagai dialog yang pernah terdengar

tentang janji yang sudah diingkari

harapan-harapan yang telah pergi

mimpi-mimpi yang lari

dibawa pencuri hati

pergi

 

 

 

/2/

tetesan air dari mataku satu persatu bergulir

menyatukan wujud air

sang pati belum mengering untuk siap menikmati daur

pergi bersama kesendirian di stasiun pemberhentian pertama

 

segerombolan lebah masih sibuk membangun sarangnya

seorang ratu pemimpin menghentikan langkahku

ia seolah-olah berpesan sesuatu

 

;dengarkanlah anak muda, jalanmu masih panjang, 

daurmu baru dimulai lanjutkanlah tugasmu yang utama, 

lupakan segalanya, nikmatilah setiap rasa yang terbawa, 

dan pulanglah pada keagungan yang mulia

 

tinggalkanlah gulir duka lara di hutan ini, menangislah sepuasnya

lalu pulanglah dengan membawa suka bahagia

 

nikmatilah madu dunia

manis pahit sudah biasa

agar kau tumbuh lebih kuasa

dewasa

 

Banyumas, 23 Agustus 2019

 

 

DEBU DEBU

 

debu-debu di atas sepatumu itu aku

aku adalah pengikut setiamu

aku datang meski kau mau

kemanapun ada aku bersama jalanmu

debu-debu yang menyesakkan rasa

itu aku, yang memasuki hatimu lagi;

aku ingin kita bersama lagi

seruang semimpi

 

debu wujud akhirku mengejarmu

menemani kepergianmu dengan mengikuti langkahmu

dalam debu-debu itu: aku dihidupkan kembali dari mati suri

setelah kau putuskan pergi

 

meski kau tak akan kembali lagi

dan akupun tak akan pergi meninggalkanmu tanpa debuku

biarkan debu-debu itu bersama-sama mengsucikan kita

seperti tayamum

 

 

air kehidupanku telah pergi lama bersamamu

kau pun tau

aku adalah tanah yang mengering rapuh

melebur menjadi debu

sekali lagi

aku dan kamu adalah debu-debu

 

Banyumas, 21 Agustus 2019

 

 

 

 


WASIAT PUISI

 

Janji-janji tak terpenuhi

Mungkin ini yang namanya bukti

Bahwa mencinta dapat membenci

 

Semakin hari semakin sulit

Misteri dunia semakin melilit

Dadaku dipenuhi duka yang menjerit

Meminta diobati dari sakit

Tapi kau suguhkan kenangan pahit

 

Bukan hanya dirimu yang pergi

Tapi sekawanan mimpiku ikut dibawa lari

Harapanku sudah lelah menghidupi

Setengah sukma yang kehilangan arti

 

Ini kusuguhkan segelas puisi

Dan piringan narasi mungkin kau kembali

Setelahku pergi meninggalkan wasiat puisi

Bersama hati-hati yang suci

Jangan mau dibodohi hasrat ilusi tinggi

Setelah dihidupi kau perlahan akan mati

 

Banyumas, 15 Agustus 2019

 

 

 

AMBYAR

 

Aku ingin ambyar melayang di antara aliran angin, menembus semua celah kisi ruang, sampai aku menemukanmu dalam peraduan malam, aku ingin menjelma wujud bintang yang terlihat dekat oleh matamu walau sesungguhnya jauh. Kau tadahkan kedua tangan untuk tempatku singgah sejenak melunturkan segala keraguan dan rindu. Dan antarkan kepulanganku dengan sayap-sayap doamu.

 

Banyumas, Juli 2019

 

 

 

 



PUTARAN JANGKA

 

Putaran jangka dimainkan tangan Sang Pencipta

sejak tangisku didengarkan menjadi tawa mereka

insan siap siaga menjaga segumpal darah tetap bernyawa

kelahiran dari cerita-cerita pertemuan

 

kian lama jeruji putarnya rapuh terlepas

poros dengan ikhlas melepas

satu-persatu tawa ditinggalkan duka tak berkesudahan

roda yang berdaur berisap pasti akan terhenti

porosnya lepas dan hilang

kunamakan kepastian

perpisahan

 

mustahil selamanya daur dijalankan

keteraturan berkarib perpisahan

aku hanya dapat bersiap

suatu saat jalan yang terlihat panjang

mendekat dan terhenti di dermaga terahir

ketika semua yang terlahir

harus berakhir

 

Banyumas, Agustus 2019

 

 

 

 

MERAYU KELAM

 

sayap angin kembali dikepahkan

menerpa diri yang dilarutkan udara malam 

merasuk partikel-partikel hitam

hingga paras wajah tenggelam

bersama pekatnya tabir remang

mata menjelma kunang bercahaya merayu awan

bintang-gemintang sepakat mengusir kelam

 

pergilah temaram purnamaku siap datang

sang kunang-kunang sudah habis dan pulang

akan kunyanyikan melodi suka dari nyanyian duka

kutampilkan sebuah tarian  kesendirian

dengan irama penuh kesyahduan

di antara baris-baris kerinduan

sampai-sampai tak sadar kau membuka celah ruang

purnamaku sempurna bertandang

menenangkan kisruh hati yang terserang bimbang

menerangi ruang sepi dengan nyanyian rembulan

di dalam puisi-puisi kerinduan

 

Banyumas, 26 Juli 2019

Sajak Anak Kejora IDN TIMES; Intan Hafidah NH




Perkara Datang dan Pulang


Akhirnya kau datang

silahahkan menempati ruang paling kosong

Yang pernah diriuhkan kenangan

Di dalam dadaku

Akhirnya lampulampu yang padam

Kembali berbinar bersama binar matamu


Sebab duka pernah dirasa tak berkesudahan

Meminta ketenangan yang purba

Dan ternyata, didatangkan bersamamu

Wahai pemuda impian

Atas seizin Tuhan

Dengan senyuman

Kau lahirkan kebahagiaan

Dari rahim kehidupan

Yang pernah keguguran

Akibat kejatuhan

Kekecewaan


Satu doaku untuk keabadian

Kepada Sang Pangeran

Jika kau ingin pulang

Sebelum kepulanganmu

Izinkan aku pulang kepadaNya

Biar aku bebas

Lepas dari siklus kehilangan

Yang lambatlaun pun

Akan mematikan


Karenamu, setengah kehidupan

Seluruh pengharapan

Semestaku mendoakan

Padamu, sang impian

Semoga tersampaikan padaNya

Doa ketakutan kepulangan

Dari keegoisan

Keduniawian


Sokaraja, 11 Januari 2020


 


 


Anak Kejora


Kawan, kau tau?

Waktu pintar berkamuflase

Berhati-hatilah dengannya


Ia sangat senang,

Menyelinap lapisan langit

Menggoda lembaran hari

Kemudian melukis senja

dengan mengajak malam bertandang,

begitu saja setiap daurnya berulang


Sunyi yang pelan merambat

Angin kesiurnya belum tamat berakrobat

Ke sana ke mari mencari alamat

Di mana koordinat kejora beristirahat?

Di sana singgasana gadis puisi bermain ibarat


Wahai anak kejora

Yang matanya berkerlip bak intan permata

Yang pelukannya sehangat kasih ibunda

Yang kecup manjanya menghilangkan

Segala penat di dada


Aku bersaksi, bahwa hanya kau kawan

Bintang yang paling terang laksana surya

Yang kukagumi dengan penuh tanda tanya

Yang ingin kumiliki sepenuh jiwa raga

Kepadamu anak kejora

Kutitipkan selaksa cinta

Dunia seisinya hanya milik kita


Banyumas, 22 Maret 2020


 




Kepada Langit


Kepada langit yang rungsing

Bersabarlah ini hanya setahun berapa kali saja

Kembang api yang dipersembahkan padamu

Hanyalah perayaan sekilas saja

Menandakan sambutan bahagia

Acara yang langka


Kepada jiwa-jiwa pengembara

Yang mencari muara ketenangan

Kebahagiaan dan segunung harapan

Tetaplah menganyam semoga

Walau sedang diselimuti tawa

Apalagi duka lara tak tahu kapan tiba?


Perayaan sekilas saja

Apa esok akan terus bahagia?

Setelah membuang memorian duka?

Langit menjawab dengan riuh rintik hujannya

Yang tak akan lupa daur memulangkannya pada samudera

Genangan kenangan bertemu satu penjamuan


Banyumas, 2020

Contact Us

Phone :

+20 010 2517 8918

Address :

3rd Avenue, Upper East Side,
San Francisco

Email :

email_support@youradress.com

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Tinta Biru

Tinta Biru
Menulis Puisi di Bawah Menara Eiffel Paris !!

Labels

Trending Weekly

4/sgrid/recent

What's New

block/recent

Top Stories

megagrid/recent

Top Videos

megagrid/recent

Footer Copyright

Design by - Blogger Templates | Distributed by BloggerTemplate.org

Most Recent

4/sidebar/recent

Breaking Ticker

Featured Section