Welcome!

I am John Doe Web Designer Photography

View Work Hire Me!

About Me

Web Design
Branding
Development
Who am i

John Doe.

Professional Web Designer

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat condimentum velit class aptent taciti sociosqu ad litora.

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat condimentum velit class aptent taciti sociosqu ad litora torquent metus metus ullamcorper vel tincidunt sed class aptent taciti sociosqu ad litora .

Services

Web Design

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Development

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Branding

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Marketing

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Our Blog

Selasa, 25 Mei 2021

Puisi Rembukan.com Benang Rindu; Intan Hafidah NH

 


Benang Rindu

 

Benang rindu sudah semakin kusut,

berkalikali jarijari harapku terjerat

dalam rumitnya simpul misteri keraguan tak berujung

 

Kupinjam wajah puisi,

siapa tahu sepasang mata sajaknya

dapat menguraikan segala resah

dan nikmati siksa rindu

yang entah kapan ujungnya

 

jika memang ketenangan milik sepi

kesepian milik kita sepasang hati

ingin kembali pada temu paling suci

di negeri puisikah itu?

 

Doa-doa mengaliri tubuh sampai berbunga usia

lambat laun akan gugur dipetik waktu

mengisi reronce benangbenang rindu

dengan kelopak kisah paling sempurna

 

Banyumas, 7 Desember 2020

Puisi Radar Cirebon Sajak Kupu-kupu; Intan Hafidah NH

 

Kata dan Kita

 

kau hidup di semesta pikiranku

tumbuh dan berkembang biak

memenuhi hidup kita

 

mata pena, ujung pembebas resah

menjadi risalah, hati pasrah

berhamburan keluar menyuarakan jiwa

 

sekalipun pada bilik paling sunyi

bersama Tuan kau suka bercanda

menghibur rasa yang entah apa

 

Banyumas, 27 November 2020

 

 

 


 

 

Kupu-kupu

 

singgahlah sekejap

pada suatu titik putik

 

telah dihidangkan jamuan spesial

oleh hujan dan peri-peri cakrawala

nikmatilah manis dari masakan alam

 

tinggalkan jejakmu di rahim waktu

meneruskan hidupnya yang sementara

 

kami akan bertasbih bersama

mengagungkan hidup yang terus hidup

di bawah hujan, di bawah tanah,

di bawah langit megah

 

Banyumas, 23 November 2020

 

 

Sajak Udara Itu, Aku Metamorfosa.com; Intan Hafidah NH

Udara Itu, Aku


Udara itu,  aku

berhembus di antara 

belantara kata

membekas nama-nama 

di ingatan para pegembara

menyelesaikan tugas mulia

menuntaskan rasa rumpang di dada 


Udara itu, aku jelmaan cinta

seorang pujangga meramu dewasa 

dengan sajaknya


Banyumas, 2020






Ambang Karam

; Jasad Terambang


Semesta bungkam

aliran merangkak sunyi

di dalam dadanya

gelembung udara

telah tiada


Angin kabarkan pada mereka

terambang di antara  tiang titian 

ia menunggu 


Tidak ada yang tau

bulir-bulir tangis tubuh kesepian 

berenang mencari tepian doa


Banyumas, 2020





Miyangga


Miyangga, masihkah kau terjaga?

di malam dan pagi buta


Aku mendengar doamu

di sepanjang gemercik

aliran sungai Jawa


Miyangga, masihkah kau terjaga

berdoa diiringi lolongan serigala

di alas sampai tepi segara?


Semoga kau tenang 

bersemayam dalam diam

di kedung yang kini dangkal


Banyumas, 2020




Tubuh Puisi


Tidak ada tubuh 

paling pasrah selain puisi

perlahan waktu menelanjangi

pakaiannya yang masih rapi


melayani cinta sampai malam pergi

menyuarakan kisah kasih sunyi


mari sama-sama,

kita mulai membuka kata

siapa yang paling tak dimengerti

aku atau kau, puisi?


Banyumas, 2020





Jeda


Mari sama-sama

menanam semoga 

di ladang doa 


mengaharokati raga 

dengan rasa


membaca cita

dari cinta


mari sama-sama

memaknai jeda

dengan suka cita


berbahagia

menunaikan tirakat 

; jeda


Banyumas, 2020




 Rumah Puisi: Metamorfosa.com

Sajak Buku Puisi catatanpringadi.com: Intan Hafidah NH

 


Sajak Intan Hafidah NH

Buku Puisi

 

dimensi waktu memang tak kasap mata

tapi magnetnya begitu nyata

ia menyatukan kita pada temu yang pertama

berawal dari ruang hampa sosial media

 

hanya buku puisi yang tau caranya

mengaitkan aku kamu menjadi kita

berratus lembar halaman itu hanya

satu puisi yang paling bermakna

 

sajak seorang pengembara bukit Sulbi

yang membawa domba penuh makna

dan hamparan perdu di sabana

dalam nyalang sorot mata

ia sangat pandai mengangon cinta

 

akulah dombanya yang paling langlang

menghilang setelah ia lupakan

kini, tinggalah aku sendiri, digerogoti sepi

hanya  berkarib buku puisi

 

Banyumas, 22 Oktober 2020

  

Intan Hafidah NH

Untuk Kawanku, Li

 

Li, kemarin aku berencana

mengikuti jalanmu lagi

merasuk dalam bayanganmu

sampai cahaya mengraibkannya

kemudian kulebur jiwa

dengan dingin angin timur

 

terbang bersama angin dan angan

menyusuri labirin dadamu

dan terhenti di alam bawah sadar

 

menyelesaikan selaksa perkara

hanya lewat jalan ini, pertemuan terjadi

mungkin yang terakhir kali

 

kini aku sudah menyadari

satu wajah dari puisi

yang kau rias di kelas semester lalu

yang membuat aku terbang kekayangan

ternyata hanya bualan semata

 

cukup sudah aku akhiri

kegilaan ini, patah tulang dan hati

meski terobati tak akan sama lagi

 

aku kembali bersama bayanganku

yang masih mencoba adu tinggi

siapa di antara kami paling puisi

emosiku atau ilusi

o, ya pemenangnya si manis: memori

 

Banyumas, 24 Juni 2020

 

 

Sajak Intan Hafidah NH

Garam Cintamu

 

lebih meruah dari garam air laut

mengembara di setiap aliran detakku

menghidupkan dan mematikan

setiap kali lidah hati meminta rasa

kau selalu hadir sebagai perasa

yang manis tanpa gula

yang kusuka di setiap penjamuan dunia

 

rasamu selalu hadir di dalam tubuhku

makananku, lautku, langitku, sungaiku

semesta bukan milik kita

rasa itulah tahta milik kita bersama

kunikmati garam cinta yang manis darimu

setiap detik bergulir detak di jantung hidupku

 

Banyumas, 2 November 2020

 

 


Intan Hafidah Nur Hansah

Jatuh untuk Tumbuh

; Juwita yang Patah

 

sekuntum mawar yang mekar

di pekarangan dadamu, itu aku.

Kau yang menawarkan dan

menjanjikan kehidupan dengan pengharapan,

dari air kehidupan, tempatku bertahan.

 

kemudian angin kisruh datang kesiurnya

membawa badai perdebatan

yang mengusirku perlahan

 

semoga yang terbuang,

dapat bertahan walau harus jatuh berulangulang,

percayalah aku masih bisa tumbuh

menjamah misteri dunia lebih megah.

 

Banyumas, 2 Januari 



Rumah Puisi: catatanpringadi.com

Sajak Ia-mu Sendiri telembuk.com; Intan Hafidah NH

 Puisi-Puisi Intan Hafidah




Ia-mu Sendiri

senang sekali ia bermain petak umpet
kerap keluar masuk pintu ingatan

namun, ternyata tujuannya
; ia-nya sendiri
yang dicari selama ini
; ia-nya sendiri
kunci dari pertanyaan kebimbangan?
; ia-nya sendiri
ikutilah kata Ia-mu sendiri

Banyumas, 27 September 2020


Pangkon

Bapak pucung
dudu layar dudu wigyan
panyigeging wanda
pemati aksara

telah kupangku ketetapan hidup
mati untuk menghidupkan suaranya
dunia tertawa memainkan kita
dalam sandiwara hanacaraka
kisah-kisah kekal diasuh masa

Banyumas, 29 Januari 2021



Rumah Puisi: telembuk.com

Sajak Pada Bibirmu, Aku Berpulang kamianakpantai.com; Intan Hafidah NH


 Pada Bibirmu, Aku berpulang

aku mencium aroma kopi

pada bibirmu yang merekah mawar

rasa manisnya begitu nikmat padahal masih kau ingat

pahitnya dunia menyiram jiwamu yang muram

 

pada hitam kopi kau habiskan nasib malang

seperti malam,  tempat kau beristirah dan pulang

kopi memintamu bersulang

bersama kutukan-kutukan setan

namun belum kau habiskan ampas manis dari gula ilmu

yang kau sadap selama beberapa purnama lalu

 

aku menikmati manis yang kau bagi

tak seperti aromanis yang terlalu

hanya memberi manis sekejap lalu

pahit seperti pecahan empedu

 

sari pati dan aroma yang tertinggal kekal

setelah cangkir kopimu kosong

adalah cinta yang kau titipkan pada kopi

dan kau tinggalkan seluruhnya pada cerita hidupku

 

Banyumas,  17 Desember 2020

 

 

Tanpa Kata, Hati Bicara

                                       

hening dan riuh pikiranmu adalah racun

lambat laun mematikanku juga

bicaralah jika kau punya kata

mana mungkin penyair kehabisan kata

sementara di tanganmu kata beranak pinak

 

aku pernah memintamu menjadi ibu kata

dari anakanak kataku yang masih berduka

setelah kau rawat mereka kau hanya meminta lupa

pada setiap cerita yang terjadi di antara kita

hanya diam dan rahasia melumuri wajah kita

 

kau pandai memenjarakan

perasaanmu yang entah

kini kita hanya berharap pada cuaca

meminta tuhan menghentikan putaran musim

pada titik embun kata yang paling bening

agar kemarau panjang menahan hujan

 

hujan hanya membuka luka lama

lama-lama tak akan pernah lupa

beberapa kali kita terjebak bersama

tanpa kata dan hati yang saling berbicara

 

Banyumas,  17 Desember 2020


Begalan Masa Korona

 

telah disiapkan kuncupkuncup melati

beras kuning kunir, kendi,  koin recehan

dibumbui doa dan harapan yang melimpah ruah

 

kaki,  nini,  penganten

membagi bahagia pada canda tawa

kendi terpecah,  isinya mluntah

membawa banyak barokah

koin-koin recehan jadi rayahan

bocah-bocah berlomba

tawa mana yang paling lama

sedekah cinta dilarung di dalam hati mereka

 

ibu, ibu putrimu akan menjadi ibu

bapak,  bapak, putramu akan dipanggil bapak

lantas akan lahir putra-putri baru dari rahim cinta

 

kasih sayang menempati siklus manusia paling purba

selamanya mereka saling menggenapi kenangan

 

Banyumas,  18 Desember 2020

 


Bahasa Kasih Sayang

Untuk adikku: Yulia Putri Nur Rizkia

 

Kepada perempuan yang hanya

mengerti bahasa kasih sayang

pikiranmu terbang melayang

menembus logika orangorang

 

Ada sungai yang mengalir di dalam dirimu

seiring usia begitu deras, airnya sangat jernih

tak pernah kau tumpahkan di tepian mata

hanya keluh yang terpendam semakin dalam

mencipta pusaran emosi yang maha dalam

 

Tangantanganmu tak mau didiamkan

syaraf memintamu untuk terus bergerak

tak beraturan seperti angin kau hilang arah

seramuk di satu arah mencipta taupan

yang tak terhalangkan

 

Kakikakimu meninggalkan jejak yang penuh

seluruh tempat di muka bumi ini adalah taman

tempatmu bermain dan bermanja dengan Tuhan

 

Suarasuaramu adalah teriakan yang tak pernah terartikan

bahasa kebingungan sematamata terlihat di matamu

sementara di dalam hati kecilmu, kau bertanya

Tuhan kenapa aku berbeda?

 

 

Banyumas,  17 desember 2020


Mijil

 

bu, ada palung paling dalam, di antara jurang

ada liang, tempatku dulu tak bisa berpaling

ditemani sepi, darah, air, bumi

 

aku belajar mengeja kegelapan

saat kau diam tanpa gerakan

aku melihat doa bergerak-gerak

kian hangat memelukku penuh harap

 

aku menerka kehidupan,

setiap detik dari detak disalurkan alur plasenta,

di sana kau mematangkan kesabaran dan keberanian

 

kemudian, datang satu perayaan

jamuan utamanya dari tubuhmu

yang tertanak sempurna; itu, aku

 

kendi ari-ari masih tergantung

kebal akan arkobat musim dan cuaca

melebur seluruh darah bersama tanah

tertanam di dalam kandungannya

 

Banyumas, 2020-2021



Rumah Puisi: kamianakpantai.com

Contact Us

Phone :

+20 010 2517 8918

Address :

3rd Avenue, Upper East Side,
San Francisco

Email :

email_support@youradress.com

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Tinta Biru

Tinta Biru
Menulis Puisi di Bawah Menara Eiffel Paris !!

Labels

Trending Weekly

4/sgrid/recent

What's New

block/recent

Top Stories

megagrid/recent

Top Videos

megagrid/recent

Footer Copyright

Design by - Blogger Templates | Distributed by BloggerTemplate.org

Most Recent

4/sidebar/recent

Breaking Ticker

Featured Section