Sabtu, 05 September 2020

Sajak Nasehat Lebah Pinus Simalaba.net; Intan Hafidah NH

 

ilustrasi: intanhafidahnh

NASEHAT LEBAH PINUS

 

/1/

tetesan air dari jemari pinus satu persatu bergulir

menyatukan wujud air

sang pati mengering siap menikmati daur

menyusul kawanannya di stasiun pemberhentian terakhir

 

segerombolan lebah masih sibuk membangun sarangnya

sepasang prajurit pekerjanya mengikuti langkahku

mereka seolah-olah bertanya:

kau dari mana, mau kemana gadis bingung

aku hanya diam, tak perduli

 

angin yang hilir mudik datang lama kelamaan menyiarkan

berbagai dialog yang pernah terdengar

tentang janji yang sudah diingkari

harapan-harapan yang telah pergi

mimpi-mimpi yang lari

dibawa pencuri hati

pergi

 

 

 

/2/

tetesan air dari mataku satu persatu bergulir

menyatukan wujud air

sang pati belum mengering untuk siap menikmati daur

pergi bersama kesendirian di stasiun pemberhentian pertama

 

segerombolan lebah masih sibuk membangun sarangnya

seorang ratu pemimpin menghentikan langkahku

ia seolah-olah berpesan sesuatu

 

;dengarkanlah anak muda, jalanmu masih panjang, 

daurmu baru dimulai lanjutkanlah tugasmu yang utama, 

lupakan segalanya, nikmatilah setiap rasa yang terbawa, 

dan pulanglah pada keagungan yang mulia

 

tinggalkanlah gulir duka lara di hutan ini, menangislah sepuasnya

lalu pulanglah dengan membawa suka bahagia

 

nikmatilah madu dunia

manis pahit sudah biasa

agar kau tumbuh lebih kuasa

dewasa

 

Banyumas, 23 Agustus 2019

 

 

DEBU DEBU

 

debu-debu di atas sepatumu itu aku

aku adalah pengikut setiamu

aku datang meski kau mau

kemanapun ada aku bersama jalanmu

debu-debu yang menyesakkan rasa

itu aku, yang memasuki hatimu lagi;

aku ingin kita bersama lagi

seruang semimpi

 

debu wujud akhirku mengejarmu

menemani kepergianmu dengan mengikuti langkahmu

dalam debu-debu itu: aku dihidupkan kembali dari mati suri

setelah kau putuskan pergi

 

meski kau tak akan kembali lagi

dan akupun tak akan pergi meninggalkanmu tanpa debuku

biarkan debu-debu itu bersama-sama mengsucikan kita

seperti tayamum

 

 

air kehidupanku telah pergi lama bersamamu

kau pun tau

aku adalah tanah yang mengering rapuh

melebur menjadi debu

sekali lagi

aku dan kamu adalah debu-debu

 

Banyumas, 21 Agustus 2019

 

 

 

 


WASIAT PUISI

 

Janji-janji tak terpenuhi

Mungkin ini yang namanya bukti

Bahwa mencinta dapat membenci

 

Semakin hari semakin sulit

Misteri dunia semakin melilit

Dadaku dipenuhi duka yang menjerit

Meminta diobati dari sakit

Tapi kau suguhkan kenangan pahit

 

Bukan hanya dirimu yang pergi

Tapi sekawanan mimpiku ikut dibawa lari

Harapanku sudah lelah menghidupi

Setengah sukma yang kehilangan arti

 

Ini kusuguhkan segelas puisi

Dan piringan narasi mungkin kau kembali

Setelahku pergi meninggalkan wasiat puisi

Bersama hati-hati yang suci

Jangan mau dibodohi hasrat ilusi tinggi

Setelah dihidupi kau perlahan akan mati

 

Banyumas, 15 Agustus 2019

 

 

 

AMBYAR

 

Aku ingin ambyar melayang di antara aliran angin, menembus semua celah kisi ruang, sampai aku menemukanmu dalam peraduan malam, aku ingin menjelma wujud bintang yang terlihat dekat oleh matamu walau sesungguhnya jauh. Kau tadahkan kedua tangan untuk tempatku singgah sejenak melunturkan segala keraguan dan rindu. Dan antarkan kepulanganku dengan sayap-sayap doamu.

 

Banyumas, Juli 2019

 

 

 

 



PUTARAN JANGKA

 

Putaran jangka dimainkan tangan Sang Pencipta

sejak tangisku didengarkan menjadi tawa mereka

insan siap siaga menjaga segumpal darah tetap bernyawa

kelahiran dari cerita-cerita pertemuan

 

kian lama jeruji putarnya rapuh terlepas

poros dengan ikhlas melepas

satu-persatu tawa ditinggalkan duka tak berkesudahan

roda yang berdaur berisap pasti akan terhenti

porosnya lepas dan hilang

kunamakan kepastian

perpisahan

 

mustahil selamanya daur dijalankan

keteraturan berkarib perpisahan

aku hanya dapat bersiap

suatu saat jalan yang terlihat panjang

mendekat dan terhenti di dermaga terahir

ketika semua yang terlahir

harus berakhir

 

Banyumas, Agustus 2019

 

 

 

 

MERAYU KELAM

 

sayap angin kembali dikepahkan

menerpa diri yang dilarutkan udara malam 

merasuk partikel-partikel hitam

hingga paras wajah tenggelam

bersama pekatnya tabir remang

mata menjelma kunang bercahaya merayu awan

bintang-gemintang sepakat mengusir kelam

 

pergilah temaram purnamaku siap datang

sang kunang-kunang sudah habis dan pulang

akan kunyanyikan melodi suka dari nyanyian duka

kutampilkan sebuah tarian  kesendirian

dengan irama penuh kesyahduan

di antara baris-baris kerinduan

sampai-sampai tak sadar kau membuka celah ruang

purnamaku sempurna bertandang

menenangkan kisruh hati yang terserang bimbang

menerangi ruang sepi dengan nyanyian rembulan

di dalam puisi-puisi kerinduan

 

Banyumas, 26 Juli 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Phone :

+20 010 2517 8918

Address :

3rd Avenue, Upper East Side,
San Francisco

Email :

email_support@youradress.com

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Tinta Biru

Tinta Biru
Menulis Puisi di Bawah Menara Eiffel Paris !!

Labels

Trending Weekly

4/sgrid/recent

What's New

block/recent

Top Stories

megagrid/recent

Top Videos

megagrid/recent

Footer Copyright

Design by - Blogger Templates | Distributed by BloggerTemplate.org

Most Recent

4/sidebar/recent

Breaking Ticker

Featured Section