Sajak Intan Hafidah NH
Buku Puisi
dimensi
waktu memang tak kasap mata
tapi
magnetnya begitu nyata
ia
menyatukan kita pada temu yang pertama
berawal
dari ruang hampa sosial media
hanya
buku puisi yang tau caranya
mengaitkan
aku kamu menjadi kita
berratus
lembar halaman itu hanya
satu
puisi yang paling bermakna
sajak
seorang pengembara bukit Sulbi
yang
membawa domba penuh makna
dan
hamparan perdu di sabana
dalam
nyalang sorot mata
ia
sangat pandai mengangon cinta
akulah
dombanya yang paling langlang
menghilang
setelah ia lupakan
kini,
tinggalah aku sendiri, digerogoti sepi
hanya berkarib buku puisi
Banyumas,
22 Oktober 2020
Intan Hafidah NH
Untuk Kawanku, Li
Li,
kemarin aku berencana
mengikuti
jalanmu lagi
merasuk
dalam bayanganmu
sampai
cahaya mengraibkannya
kemudian
kulebur jiwa
dengan
dingin angin timur
terbang
bersama angin dan angan
menyusuri
labirin dadamu
dan
terhenti di alam bawah sadar
menyelesaikan
selaksa perkara
hanya
lewat jalan ini, pertemuan terjadi
mungkin
yang terakhir kali
kini
aku sudah menyadari
satu
wajah dari puisi
yang
kau rias di kelas semester lalu
yang
membuat aku terbang kekayangan
ternyata
hanya bualan semata
cukup
sudah aku akhiri
kegilaan
ini, patah tulang dan hati
meski
terobati tak akan sama lagi
aku
kembali bersama bayanganku
yang
masih mencoba adu tinggi
siapa
di antara kami paling puisi
emosiku
atau ilusi
o,
ya pemenangnya si manis: memori
Banyumas, 24 Juni 2020
Sajak Intan Hafidah NH
Garam Cintamu
lebih
meruah dari garam air laut
mengembara
di setiap aliran detakku
menghidupkan
dan mematikan
setiap
kali lidah hati meminta rasa
kau
selalu hadir sebagai perasa
yang
manis tanpa gula
yang
kusuka di setiap penjamuan dunia
rasamu
selalu hadir di dalam tubuhku
makananku,
lautku, langitku, sungaiku
semesta
bukan milik kita
rasa
itulah tahta milik kita bersama
kunikmati
garam cinta yang manis darimu
setiap
detik bergulir detak di jantung hidupku
Banyumas, 2 November
2020
Intan Hafidah Nur
Hansah
Jatuh untuk Tumbuh
; Juwita yang Patah
sekuntum
mawar yang mekar
di
pekarangan dadamu, itu aku.
Kau
yang menawarkan dan
menjanjikan
kehidupan dengan pengharapan,
dari
air kehidupan, tempatku bertahan.
kemudian
angin kisruh datang kesiurnya
membawa
badai perdebatan
yang
mengusirku perlahan
semoga
yang terbuang,
dapat
bertahan walau harus jatuh berulangulang,
percayalah
aku masih bisa tumbuh
menjamah
misteri dunia lebih megah.
Banyumas, 2 Januari
Rumah Puisi: catatanpringadi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar