Rabu, 30 Juni 2021

Puisi Sitnalta Dimuat Oleh cerano.id

 Sitnalta


jauh di dasar prasangka

arus kian cepat memburu jawaban 

sebagai gelombang paling menenangkan

di bawah selimut biru, 

raga menyembunyikan gigil rahasia

siapa tahu seluruh lekuk, pasir serta terumbu karang 

sampai dalamnya dasar palungmu?

ia hanya mengitari bumi dengan ujung jari

misteri-misteri memunculkan berbagai teori


Sitnalta

bukti kebesaran sebuah cerita

menembus batas-batas logika manusia

kehidupan bersulang di dalam pesta kematian

amuk sang dewi tak dapat diredam lagi


Sitnalta

betapa indah dan mansyurnya negerimu

kekasihku memuji-muji namamu 

Sitnalta, Sitnalta, Sitnalta

apakah puncak kemakmuran 

adalah kiamat yang sudah dekat?

di rahim ibu, kau bersemayam 

mengasuh kisah menjadi sejarah


Banyumas,  12 April 2021



Empat Sonian Untukku


;Umur

Tubuhmu yang malam

menyimpan maut

rapatrapat

mengucap

bibir waktu

selamatselamat


;Ular

Lidahmu bercabang

lihai menggoda

kupercaya

o racun


;Kucing

Matamu melirik

bak mercusuar

menerangi

mataku


;Ayam

Sebelum kaubangun

masih adakah

riuh doa

untukku


Banyumas, 28 April 2021



Mawar Tanpa Duri 


Pagi ini 

Kekasihku memberikan kabar haru

Katanya,  biji mawar yang ditanam 

Setahun yang lalu telah berbunga

Tetapi durinya hampir tak ada? 

Mengapa? Aku selalu bertanya


Sebab langit 

masih menjadi teka teki rumit

para peramal bintang dan cuaca

Bunga yang setiap bulan ia petik untukku

Dan duri yang setiap saat ia petik

Untuk latihan rasa sakit katanya


Aku hanya tau mawar 

Yang kupanjangkan umur 

di dalam segelas air

Dan merengek meminta lagi

Setelah mawar telah tiada di meja 

untuk menyuguh puisi percintaan


Banyumas, 7 Mei 2021



Musim Puisi


Ada yang ikut bertamu

pada sepasang mata penyair

di dalam riuh isi kepala

Dua tanda baca 

memainkan logika

pertama tanda seru,  aduh!

sisanya tanda tanya,  kenapa? 

ketika kata menemukan kata lain

manusia menemukan manusia lain

dan frasa mencipta makna; cerita baru

dan perkenalan membikin hubungan baru

ia senyum-senyum sendiri 

ada yang ikut bertemu

pada sepasang hati

di musim puisi


Banyumas,  24 Mei 2021



Sebelum Masuk ke Pintu Itu


setiap nama diberi nomor

setiap nomor diberi batas tunggu

hitungan waktu begitu lugu

mengantarkannya ke depan pintu


tidak ada penjagaan di sana

dapat masuk, tak dapat dijenguk

sendiri, mati sekujur urat nyali

lalu disuguhi beberapa mili anestesi

sayap-sayap dari punggungnya membentang

terbang sampai ke dalam tidur yang sistematik


setelah terbangun

jam dinding tertawa, 

menandai waktu dengan sengaja

menandai tubuh yang terluka

pulih kembali seperti sediakala


di depan pintu itu

lampu-lampu mata gelisah redup

angin kesabaran tertiup dari hati

atas syukur yang kian luntur

oleh aduh yang terbagi-bagi


Banyumas, 20 Februari 2021



Mbak Lastri


(1)

obor-obor telah dinyalakan

memecah kegelapan menjadi beberapa titik terang

aku berjalan berdampingan bersamanya

menyusuri jalan, menghitung jarak dengan jejak

selingkar jam mencekek lengan tanganku

merambat kisah yang tak lagi didongengkan

sebab terkalahkannya kisah ibunda

dengan story sekelebat di sosial media


telah diriwayatkan suatu muasal

tiga wajah berseri-seri 

bersama bangun tidurnya matahari

dari tangannya lahir anak-anak sejarah

seorang perempuan yang sering dikenal

;Mbak Lastri


(2)

Mbak Lastri,  terisolasi

telah delapan bulan mengunci diri 

takut dibuli dan ditanyai

siapa yang menanam benih

pada tubuh yang telah sendiri

ditinggal pergi suami 


Mbak Lastri,  menguatkan hati

berjalan menyusuri gang-gang pasar pagi

tidak ada keramaian seriuh minggu legi

pedagang dan pembeli hilang selera negosiasi

sebab terlalu mudah untuk berkata murah

murah-murahan


(3)

Mak Lastri,  membebaskan diri

melepaskan segala tali ikatan 

melarung ariari di kolong jembatan

mengalir tangis di sungai darah

sukma terbang menyusuri cakrawala

melambai tangan mungil nan suci 

menembus lembutnya awan gemawan

bermain bersama kapal terbang 

turun berlomba lari dengan kereta 

menjumpai ibunya berbaring di lintasan besi

hilang wujud, remuk, hancur 

yang abadi hanya kisahnya.


(4)

kepada tanah yang dikalungi besi

rubuh tubuh ibu meluruh seluruh

tenggelam dibanjiri kiriman duka


salah siapa?  

aku hanya manusia yang tak lagi manusia

dibesarkan dengan darah

disucikan dengan darah

dimatikan penuh darah


(5)

Mbak Lastri, adalah anak tiri

dibuang oleh ibu pertiwi

diabadikan di belakang layar tivi

sebagai suguhan berita pagi

menemani sepi kian menepi


Banyumas,  19 Januari 2021



Kota


kota adalah rumah sakit yang kesepian

tempat berpulang orang-orang ngengaduh

mencari pengobatan akan jiwa gila harta

di sekat-sekat ruang yang begitu asing

gelandangan erat dipeluk harapan cita-cita


kota adalah badan bumi yang sekarat

dikutuk manusia menjadi batu

tanah-tanah mengeras dihujani air mata

terkikis bencana setiap pergantian kalendernya


darah-darah muncrat dari jantungnya

paru-paru terengah-enggah menahan sesak

bau busuk tumpukan mayat

tersamar aroma wangi lembaran ratusan

di perut kota rahimnya juga keguguran

benih diaborsi begitu dini

rantai kehidupan pun kian mini


hukum rimba juga berlaku di mana-mana

meski tiada rimba yang tersisa, hewan-hewan

merasuk ke dalam sukma manusia 

meminta amis darah mangsa

disumpah serapahi berbagai perkara


siapa yang berkuasa, hidupnya gembira

orang sengsara, siap di meja konspirasi negara

dijatuhi kutukan-kutukan tanah kota

menjanjikan kasih sayang ibu nusantara

yang katanya "mengubah nasib orang desa"


Banyumas, 26 Februari 2021



Masakan Mama


beberapa helai daun pandan

dan tetes garam air mata

ia tanak bersama santan

mengaduk-aduk rasa kehidupan


beras di pithi dari sisa gaji suami 

hanya cukup untuk sehari

agar esok lambung dapat terisi

aroma pandan menjalar ke seluruh rumah

bermekaran kuncup-kuncup syukur

di antara tagihan hutang kian mendengkur


jauh dari hiruk-piruk keramaian kota

di sudut desa kaki gunung Selamet

embun menyapa perapian sekelebat lalu

ada yang membakar tubuh untuk tubuh lain

membiarkan gemetar tubuhnya 

bergerak  mengarak usia yang lekas purna


tungku masih hangat-hangatnya

dilarutkannya seluruh cerita

meski harus membuka luka irisan duka

namun senyum bahagia terlukis indah

di wajah seorang wanita yang mengangon cinta

 

sayang, pengorbanan menempati siklus tertinggi

di mana Tuhan dapat dengan santai

membuka dan menutup pintu pikiran

bersama angan-angan 

tersaji di jamuan kesendirian


Banyumas, 26 Maret 2021



Bunga Kapas


bunga kapas terbang bebas

selayaknya kupu-kupu dengan sayap baru

melekat di setiap urat waktu

dan daun kering memecah 

di masa ke tiga


terngiang kecambah selesai menggapai langit

melampaui sang bunga terbang lepas

Menemani angin buritan 

menyampaikan kabar duka


kapas-kapas mati di dalam bantal tidurku

menyusuri jalan-jalan malam 

meminta hujan dari mataku



Banyumas,  1 Maret 2021



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Phone :

+20 010 2517 8918

Address :

3rd Avenue, Upper East Side,
San Francisco

Email :

email_support@youradress.com

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Tinta Biru

Tinta Biru
Menulis Puisi di Bawah Menara Eiffel Paris !!

Labels

Trending Weekly

4/sgrid/recent

What's New

block/recent

Top Stories

megagrid/recent

Top Videos

megagrid/recent

Footer Copyright

Design by - Blogger Templates | Distributed by BloggerTemplate.org

Most Recent

4/sidebar/recent

Breaking Ticker

Featured Section