 |
ilustrasi: intanhafidahnh |
NASEHAT
LEBAH PINUS
/1/
tetesan
air dari jemari pinus satu persatu bergulir
menyatukan
wujud air
sang
pati mengering siap menikmati daur
menyusul
kawanannya di stasiun pemberhentian terakhir
segerombolan
lebah masih sibuk membangun sarangnya
sepasang
prajurit pekerjanya mengikuti langkahku
mereka
seolah-olah bertanya:
kau
dari mana, mau kemana gadis bingung
aku
hanya diam, tak perduli
angin
yang hilir mudik datang lama kelamaan menyiarkan
berbagai
dialog yang pernah terdengar
tentang
janji yang sudah diingkari
harapan-harapan
yang telah pergi
mimpi-mimpi
yang lari
dibawa
pencuri hati
pergi
/2/
tetesan
air dari mataku satu persatu bergulir
menyatukan
wujud air
sang
pati belum mengering untuk siap menikmati daur
pergi
bersama kesendirian di stasiun pemberhentian pertama
segerombolan
lebah masih sibuk membangun sarangnya
seorang
ratu pemimpin menghentikan langkahku
ia
seolah-olah berpesan sesuatu
;dengarkanlah
anak muda, jalanmu masih panjang,
daurmu baru dimulai lanjutkanlah tugasmu yang
utama,
lupakan segalanya, nikmatilah setiap rasa yang terbawa,
dan pulanglah
pada keagungan yang mulia
tinggalkanlah
gulir duka lara di hutan ini, menangislah sepuasnya
lalu
pulanglah dengan membawa suka bahagia
nikmatilah
madu dunia
manis
pahit sudah biasa
agar
kau tumbuh lebih kuasa
dewasa
Banyumas,
23 Agustus 2019
DEBU
DEBU
debu-debu
di atas sepatumu itu aku
aku
adalah pengikut setiamu
aku
datang meski kau mau
kemanapun
ada aku bersama jalanmu
debu-debu
yang menyesakkan rasa
itu
aku, yang memasuki hatimu lagi;
aku
ingin kita bersama lagi
seruang
semimpi
debu
wujud akhirku mengejarmu
menemani
kepergianmu dengan mengikuti langkahmu
dalam
debu-debu itu: aku dihidupkan kembali dari mati suri
setelah
kau putuskan pergi
meski
kau tak akan kembali lagi
dan
akupun tak akan pergi meninggalkanmu tanpa debuku
biarkan
debu-debu itu bersama-sama mengsucikan kita
seperti
tayamum
air
kehidupanku telah pergi lama bersamamu
kau
pun tau
aku
adalah tanah yang mengering rapuh
melebur
menjadi debu
sekali
lagi
aku
dan kamu adalah debu-debu
Banyumas,
21 Agustus 2019
WASIAT
PUISI
Janji-janji
tak terpenuhi
Mungkin
ini yang namanya bukti
Bahwa
mencinta dapat membenci
Semakin
hari semakin sulit
Misteri
dunia semakin melilit
Dadaku
dipenuhi duka yang menjerit
Meminta
diobati dari sakit
Tapi
kau suguhkan kenangan pahit
Bukan
hanya dirimu yang pergi
Tapi
sekawanan mimpiku ikut dibawa lari
Harapanku
sudah lelah menghidupi
Setengah
sukma yang kehilangan arti
Ini
kusuguhkan segelas puisi
Dan
piringan narasi mungkin kau kembali
Setelahku
pergi meninggalkan wasiat puisi
Bersama
hati-hati yang suci
Jangan
mau dibodohi hasrat ilusi tinggi
Setelah
dihidupi kau perlahan akan mati
Banyumas,
15 Agustus 2019
AMBYAR
Aku
ingin ambyar melayang di antara aliran angin, menembus semua celah kisi ruang,
sampai aku menemukanmu dalam peraduan malam, aku ingin menjelma wujud bintang
yang terlihat dekat oleh matamu walau sesungguhnya jauh. Kau tadahkan kedua
tangan untuk tempatku singgah sejenak melunturkan segala keraguan dan rindu.
Dan antarkan kepulanganku dengan sayap-sayap doamu.
Banyumas,
Juli 2019
PUTARAN
JANGKA
Putaran
jangka dimainkan tangan Sang Pencipta
sejak
tangisku didengarkan menjadi tawa mereka
insan
siap siaga menjaga segumpal darah tetap bernyawa
kelahiran
dari cerita-cerita pertemuan
kian
lama jeruji putarnya rapuh terlepas
poros
dengan ikhlas melepas
satu-persatu
tawa ditinggalkan duka tak berkesudahan
roda
yang berdaur berisap pasti akan terhenti
porosnya
lepas dan hilang
kunamakan
kepastian
perpisahan
mustahil
selamanya daur dijalankan
keteraturan
berkarib perpisahan
aku
hanya dapat bersiap
suatu
saat jalan yang terlihat panjang
mendekat
dan terhenti di dermaga terahir
ketika
semua yang terlahir
harus
berakhir
Banyumas,
Agustus 2019
MERAYU
KELAM
sayap
angin kembali dikepahkan
menerpa
diri yang dilarutkan udara malam
merasuk
partikel-partikel hitam
hingga
paras wajah tenggelam
bersama
pekatnya tabir remang
mata
menjelma kunang bercahaya merayu awan
bintang-gemintang
sepakat mengusir kelam
pergilah
temaram purnamaku siap datang
sang
kunang-kunang sudah habis dan pulang
akan
kunyanyikan melodi suka dari nyanyian duka
kutampilkan
sebuah tarian kesendirian
dengan
irama penuh kesyahduan
di
antara baris-baris kerinduan
sampai-sampai
tak sadar kau membuka celah ruang
purnamaku
sempurna bertandang
menenangkan
kisruh hati yang terserang bimbang
menerangi
ruang sepi dengan nyanyian rembulan
di
dalam puisi-puisi kerinduan
Banyumas,
26 Juli 2019